Senin, 15 April 2013

MAKALAH KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS


PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Pengertian hepatitis menggambarkan inflamasi dari hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh alkohol, obat-obatan, penyakit autoimun, penyakit metabolik dan virus.
Hepatitis virus akut merupakan penyebab ikterus yang tersering pada kehamilan. Hepatitis virus A, B, C dan D tampaknya tidak mempunyai efek buruk pada kehamilan pada wanita dengan gizi baik yang menerima perawatan medik yang baik. Hepatitis E, yang jarang pada daerah industri, sepertinya dihubungkan dengan resiko tinggi kematian maternal.
Insidens hepatitis bervariasi diseluruh dunia. Di Amerika Utara dan Eropa bagian Utara, insidens rendah hanya 0,03%-0,1%, dimana Afrika, India, dan Timur Tengah insidensnya lebih tinggi sekitar 3%-20%. Penelitian di Eropa dan Amerika Utara telah menunjukkan tidak ada perbedaan dalam perjalanan proses hepatitis antara yang hamil dan tidak hamil. Penelitian pada negara-negara berkembang di dunia ditemukan insidens hepatitis fulminan dan kematian bayi lebih tinggi. Variasi ini berdasarkan perbedaan populasi, status nutrisi dan pemeriksaan antenatal. Secara normal, kehamilan tidak mempengaruhi perjalanan penyakit hepatitis, kecuali wanita hamil menderita hepatitis E, dimana dapat menjadi lebih parah pada beberapa kasus. Kehamilan itu sendiri tidak akan mempercepat proses penyakit ataupun menyebabkan penyakit menjadi lebih parah.
Di negara-negara maju, sudah merupakan keharusan setiap ibu hamil yang datang pertama kali untuk kontrol dilakukan skrening untuk hepatitis terutama hepatitis B & C.


KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS

A.     HEPATITIS A
1.      Pengertian
Hepatitis A, merupakan enterovirus RNA, mempunyai masa inkubasi antara 15-50 hari dan ditularkan melalui fekal-oral atau melalui makanan & minuman yang terkontaminasi.

2.      Penyebab
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Virus ini merupakan virus RNA positif dan pertama kali ditemukan (dengan mikroskop elektron) pada tahun 1973. Virus hepatitis A mengganggu fungsi liver sambil terus berkembang biak di sel-sel liver. Akibat dari gangguan ini sistem kekebalan tubuh bekerja untuk memerangi virus tersebut. Dalam proses ini, bisa terjadi kerusakan yang berakhir pada peradangan liver.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

3.      Patofisiologis
Saat terjadinya infeksi seperti akibat dari serangan virus, maka fungsi liver mengalami kerusakan ataupun gangguan. Pada saat fungsi liver normal, semua zat diolah oleh liver, namun saat fungsinya terganggu, maka racun atau toksin dalam tubuh tidak berhasil diolah dan tetap tinggal. Jika hal ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu lama, racun itu akan terus bertambah dan akan merusak tubuh karena racun akan menyebar ke organ-organ lainnya. Diagnosa terhadap liver bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya racun atau toksin tersebut. Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap hepatitis kronis atau tidak adalah dengan menjalani tes darah.
Ada tiga cara diagnosa hepatitis yang umum dilakukan yaitu :
·         Tes fungsi hati / liver
·         Pemeriksaan protein liver
·         Biopsi liver
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

4.      Penyebaran
HAV disebarkan lewat kotoran atau tinja penderita. Penyebarannya disebut faecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh benda bekas terkena tinja (di kamar mandi umum biasanya) dan kemudian menggunakannya untuk makan. Karena itu, dalam lingkungan yang buruk sanitasi, tidak mempunyai toilet sendiri dan harus MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di WC umum, kemungkinan terkena virus hepatitis A menjadi lebih besar.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

5.      Tanda dan gejala
·         Cepat lelah
Salah satu gejala dari penyakit Hepatitis A adalah kelelahan kronis. Hati mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan energi untuk kebutuhan tubuh dalam menjalankan fungsinya. Jika hati rusak, energi yang anda butuhkan untuk melakukan aktivitas setiap harinya mungkin tidak tersedia. Hal itu yang menyebabkan kelelahan.
·         Demam
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis A), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Tubuh yang telah terinfeksi oleh virus metabolismenya meningkat, sehingga suhu tubuh juga akan meningkat.
·         Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
·         Ikterus
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.

6.      Kehamilan dengan hepatitis A
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hepatitis A merupakan agen teratogenik dan resiko transmisi vertical dari hepatitis A akut ke janin sangat rendah, dan bila antibodi IgM ada pada ibu saat trimester ketiga, pengobatan profilaksis pada bayi baru tidak perlu diberikan. Bagaimanapun, jika antigen hepatitis A terdapat pada kotoran pada saat kelahiran bayi atau, mungkin, ketika penyakit terjadi nanti 2-3 minggu terakhir kehamilan, bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis immunoglobulin karena bisa tertular dari ibu. Kehamilan dengan hepatitis A tidak menyebabkan peningkatan angka kematian ibu. Jika bayi baru lahir terpapar, infeksi biasanya ringan dan mereka akan mempunyai kekebalan seumur hidup.

7.      Penanganan
Terapi simptomatis adalah sangat penting untuk mengisolasi wanita hamil yang terinfeksi untuk menghindari penularan. Terapi simptomatis disini termasuk mencegah dehidrasi dan pemberian nutrisi yang adekuat dan istirahat. Biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Wanita hamil yang telah terpapar infeksi dapat diberikan imuno-γ-globulin (0,02 mg/kgBB). Terapi ini hanya efektif jika diberikan dalam waktu 2 minggu. Vaksinasi hepatitis A dapat diberikan bersamaan dengan imuno-γ-globulin. Dengan vaksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam 10-14 hari. Telah dilaporkan bahwa efektivitas vaksinasi lebih dari 90%.


B.     HEPATITIS B
1.      Pengertian
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan.

2.      Penyebab
Terjadinya hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terbungkus serta mengandung genoma DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan sambil merusak dan terus berkembang biak dalam sel-sel liver/hati (hepatocytes).
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

3.      Patofisiologis
Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang biak dalam sel-sel liver/hati (hepatocytes). Akibat serangan ini, system kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil, naka virus dapat terbasmi habis. Tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan memnyebabkan hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi karier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini, liver mengalami peradangan dan itulah yang disebut hepatitis (peradangan liver). Virus hepatitis B memiliki dampak yang amat serius dimana sekitar 80% hepato celluler carcinoma (kanker hati) di seluruh dunia disebabkan oleh virus ini.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

4.      Penyebaran
Ditularkan lewat darah. Jadi, hepatitis B menyebar ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi, cairan tubuh (sperma), atau hubungan seksual. Untungnya hepatitis B ini tidak bisa menembus pori-pori kulit karena ukurannya yang relative besar. Namun jika ada luka sedikit saja, virus ini dengan cepat segera masuk. Selain itu, karena ukurannya yang besar itu, virus hepatitis B tidak bisa ditularkan dari ibu kepada janinnya, kecuali jika ada kebocoran diplasenta, misalnya akibat pengambilan cairan amniotic di plasenta. Namun demikian penyebaran dari ibu ke bayi mudah terjadi, terutama saat bayi lahir (ketika darah keduanya bercampur). Kalu bayi-bayi itu tidak di vaksinansi saat lahir, bayi akan menjadi carrier seumur hidup, bahkan nantinya bisa menderita gagal liver dan kanker liver.
Selain itu penyakit ini menular melalui hubungan seksual, penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan tranfusi darah.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

5.      Tanda dan gejala
·         Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga.



·         Diare
Virus lewat duodenum, jejunum, ileum menembus sel tanpa lisis viremia atau infeksi lokal karena keracunan.  sehingga usus tidak bisa menyerap air secara maksimal, akibatnya terjadi diare.
·         Anorexia
Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
·         Penyakit kuning (ikterus)
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

6.      Kehamilan dengan hepatitis B
Resiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan resiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, resiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%.
Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.

7.      Penanganan
a.      Antepartum
-        Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis B
-        Tidak minum alkohol
-        Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburuk kerusakan hati
-        Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan
-        Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain misalnya sikat gigi dan pisau cukur
-        Menginformasikan pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan perawat bahwa mereka carrier hepatitis B
-        Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan
-        Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi
-        Mendiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaan

b.      Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).

c.       Bayi daru lahir
      Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.

d.      Menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B.


C.    HEPATITIS C
1.      Pengertian
Hepatitis C (HCV), dulu dikenal dengan hepatitis non-A non-B. Virus hepatitis C adalah virus RNA rantai tunggal dalam rumpun Flaviviridae. Masa inkubasi terjadi setelah terpapar HCV 8 – 9 minggu.

2.      Penyebab
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini menyerang liver dan menyebabkan peradangan berat dengan komplikasi jangka panjang.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

3.      Patofisiologis
Hepatitis berarti pembengkakan pada hati. Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu aktivitas normal dari

sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat.

4.      Penyebaran
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.

5.      Tanda dan gejala
·         Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
·         Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga.
·         Penyakit kuning
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin,

sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus.
Misnadiarly. Mengenal Menanggulangi Mencegah Mengobati Penyakit Hati (Liver). Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2007.

6.      Kehamilan dengan Hepatitis C
Meskipun hanya terdapat sedikit data terbaru tentang infeksi HCV pada kehamilan, data yang ada tidak menunjukkan peningkatan resiko malformasi kongenital, distress fetal, lahir mati atau prematur. Wanita dengan HCV dan janinnya tidak mempunyai resiko yang lebih besar terhadap komplikasi obstetrik atau perinatal dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Tidak terdapat kontraindikasi untuk hamil hanya berdasar pada HCV saja.
Efek Kehamilan pada HCV
Sangat kecil yang dilaporkan pada efek kehamilan pada perjalanan infeksi HCV. Kurang dari 10 % memperlihatkan peningkatan transaminase, dan pada kebanyakan kasus penurunan ALT sewaktu hamil dilaporkan dengan postpartum rebound. Diperkirakan bahwa produksi interferon endogen oleh unit fetoplasental memegang peranan penting pada perjalanan penyakit sewaktu hamil. Kholestatis sewaktu hamil lebih sering pada wanita terinfeksi HCV. Kadang-kadang, wanita dapat penyakit hati lanjutan dan komplikasi seperti varises esofagus dan koagulapati, resiko terhadap perdarahan sewaktu persalinan dan kemungkinan rupture varises.
Efek pada Neonatus
Angka transmisi vertikal yang dilaporkan berkisar 0 – 36 %, dengan rata-rata 5-6 %. Resiko penularan pada mereka dengan infeksi HIV sampai 44 %. Walaupun bukti yang ada menyatakan bahwa periode intrapartum merupakan waktu utama untuk transmisi, pentingnya hubungan antara intrauterin dan intrapartum tetap tidak bisa dipungkiri.
HCV bukan berupa agen teratogenik. Bayi yang lahir dari ibu dengan HCV positif tidak memperlihatkan komplikasi neonatal. Anak yang terinfeksi kemungkinan besar akan menjadi kronis. Harus diingat bahwa semua bayi baru lahir akan mempunyai antibodi dari maternal.
Menyusui
HCV RNA dan antibodi antiHCV dapat dideteksi pada kolostrum dan air susu ibu. Namun, kebanyakan tidak terdapat kasus penularan lewat menyusui yang dilaporkan. Karena itu, menyusui bukan merupakan kontraindikasi.

7.      Penanganan
a.       Prekonsepsi
Idealnya penanganan prenatal harus dimulai pada konsultasi prekonsepsi dengan dokter dengan pengetahuan tentang penanganan hepatitis C atau penyakit infeksi pada kehamilan. Harus termasuk diskusi tentang riwayat asal penyakit, implikasi pada kehamilan, konsekuensi pada janin, resiko penularan vertikal, dan terapi. Seperti dalam semua kunjungan prekonsepsi, riwayat medik lengkap dan pemeriksaan fisik harus dilakukan, tapi dengan acuan khusus yang penting terhadap hepatitis C, termasuk :
·       Riwayat medik sekarang: diagnosa, perjalanan penyakit, adanya komplikasi
·       Riwayat medis dahulu: kondisi hati
·       Riwayat obstetrik dahulu: transfusi, kholestasis, HELLP
·       Riwayat obat:
-      resep obat yang hepatoksik
-      terapi interferon dan ribavirin
-      obat bebas seperti asetaminofen
-      penyalahgunaan obat dimana pernah menggunakan suntikan obat
·       Riwayat alkohol, pentingkan untuk ditekankan efek negatif alkohol dalam perjalanan penyakit
·       Fungsi hati
·       Kekebalan terhadap hepatitis A dan B harus diketahui dan pemberian imunisasi harus sesuai
·       Terapi kombinasi harus lengkap untuk sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum hamil.
b.      Prenatal
Wanita yang peduli status positif HCVnya harus berkonsultasi dengan dokternya segera selama masa kehamilan untuk penanganan prenatal yang luas. Pemeriksaan awal baik kesehatan fisik umum dan fungsi hati akan menentukan pendekatan dari tim multidisiplin. Hanya kira 30 % dari populasi yang terinfeksi HCV peduli keadaannya, awal kehamilan juga merupakan waktu terbaik untuk mengetahui perkembangan lanjut melalui :
·       Penting pemeriksaan lanjut untuk mencari faktoràPemeriksaan umum  resiko seperti pada kunjungan awal dan berkala. Jumlah kunjungan harus ditentukan berdasarkan kondisi umum dan obstetrik pasien. Pasien tidak boleh mengkonsumsi alkohol. Lebih baik tidak menggunakan obat yang berpotensial hepatotoksik atau memerlukan metabolisme hati selama hamil.
·       Pemeriksaan fungsi hati, aminotransferase,àPemeriksaan laboratorium  albumin, bilirubin, Anti HBs, Anti HA total atau IgG, HCV RNA kualitatif.
·       Monitor kehamilan  Fungsi hati termasuk transaminasi harus diperiksa setiap trimester.
·       Diagnosis USG  Indikasi pemeriksaan USG diagnosis tidak berbeda dengan pemeriksaan wanita hamil umumnya.
·       Tidak terdapat data menyangkut prosedur sepertiàTindakan invasif  amniosentesis, contoh darah janin atau biopsi korionik vili dan resiko penularan vertikal.
c.       Intrapartum
Meskipunà• Cara melahirkan  berdasarkan penelitian retrospektif bahwa angka penularan yang rendah dengan seksio sesarea, tapi wanita dengan HCV diperkenankan untu melahirkan spontan kecuali terdapat masalah obstektrik. Tidak perlu untuk mengisolasi ibu dan anak.
Infeksi HCV
à• Induksi persalinan  bukan merupakan indikasi untuk induksi persalinan. Persalinan diperkenankan spontan jika tidak terdapat masalah lain.
d.      Postpartum
·       Kebersihan umum dan bahan yang berpotensial terinfeksiàPemeriksaan umum 
·       HCV RNA dan antibodi anti HCV terdapat pada kolostrum danàMenyusui  susu ibu. Namun tidak terdapat kasus penularan melalui menyusui, jadi menyusui bukan kontraindikasi
·       Kontrasepsi
e.       Penanganan Bayi Baru Lahir
·       Bayi dapat dirawat sesuai penanganan RS umumnya. IbuàPenanganan umum  tidak perlu penanganan khusus seperti menggunakan sarung tangan, masker, dan sterilisasi ektra.
Semua bayi dari
à• Pemeriksaan bayi  ibu dengan HCV pasti positif untuk anti HCV waktu lahir. Bayi yang tidak terinfeksi biasanya hilang antibodinya sewaktu umur 12-15 bulan. Makin tinggi kadar ibu, makin lama menghilang. à• Imunisasi bayi  Sebagai tambahan imunisasi rutin, imunisasi hepatitis B harus diberikan pada masa postnatal. Jika ibu HBsAg positif, imunisasi pasif dan aktif yang sesuai harus diberikan dalam bentuk immunoglobulin hepatitis B dan vaksin hepatitis B. Vaksinasi hepatitis A harus diberikan pada umur 1 tahun.
http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t82109.html


D.    JURNAL HEPATITIS
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama; tetapi Siegler dan Keyser mendapatkan angka 9.5% hepatitis virus terjadi pada trimester  I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada trimester III
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa kelas I dan kelas II sebanyak 60 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2003. Pengambilan data menggunakan kuesioner terstruktur dan pemeriksaan hepatitis B surface antigen (HBsAg) dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan semarang. Data diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan tekstular.
Hasil penelitian yang didapat adalah 2 orang siswa (3,7%) pernah transfusi darah, 7 orang siswa (11,7%) mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita hepatitis B, 58 orang siswa (96,7%) pernah menggunakan lancet tidak sekali pakai dan 52 orang siswa (86,7%) tidak pernah vaksinasi hepatitis B. Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan hepaitis B surface antigen menurut riwayat transfusi darah, riwayat hepatitis B dalam keluarga, penggunaan lancet, praktek cuci tangan, jenis kelamin, dan status vaksinasi hepatitis B.

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Jadi, tetap jagalah kebutuhan nutrisi dan hygiene diri Anda sebelum dan selama kehamilan. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama, tetapi Siegler dan Keyser (para peneliti) mendapatkan angka 9.5% hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada trimester III. Gambaran klinik, laboratorium, dan histopatologi adalah sama dengan penyakit hepatitis virus pada orang tidak hamil.